Wednesday 30 March 2011

HARGA SEBUAH KESABARAN

Ummu Salamah berkata, “Saya mendengar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

‘Tidak ada seorang muslim pun yang ditimpa suatu musibah lalu mengucapkan apa yang diperintahkan oleh Alloh-yang artinya-‘Sesungguhnya kita ini milik Alloh dan kepada-Nya lah kita akan kembali. Ya Alloh berikanlah pahala kepadaku atas musibah ini, dan gantikanlah dengan yang lebih baik darinya’, kecuali Alloh akan menggantikan dengan yang lebih baik darinya’”.

Maka ketika Abu Salamah wafat, aku bergumam, “Siapa muslimin yang lebih baik dari Abu Salamah-sebuah keluarga yang pertama kali berhijrah kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam?” Tetapi, aku lalu mengucapkan doa tersebut. Dan Alloh Ta’ala pun menggantikannya dengan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam.” (HR. Muslim).

Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda,

“Alloh Ta’ala berfirman, ‘Tidak ada pahala- yang Kusediakan-bagi seorang hamba-Ku yang beriman, yang jika aku ambil kekasihnya (suami atau istrinya) dari penduduk dunia lalu ia ikhlas di dalamnya selain surga.’” (HR. Bukhari)

Aisyah radhiallahu ‘anha berkata Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda,

“Setiap musibah yang menimpa seorang mukmin pastilah Alloh menjadikannya sebagai kaffarah (atas dosanya) sampai-sampai duri yang menusuknya.”

Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu meriwayatkan,

“Ujian akan terus datang kepada seorang mukmin atau mukminah mengenai jasadnya, hartanya, dan anaknya sehingga ia menghadap Alloh tanpa membawa dosa.” (HR. Ahmad. At Tirmidzi, Hakim)

Khabbab bin Al Arts berkata, “Kami pernah mengadu kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam ketika beliau tengah bersandar pada mantel beliau di bawah naungan Ka’bah. Kami berkata, ‘Mengapa engkau tidak meminta tolong kepada Alloh dan berdoa untuk kita?’ Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, ‘Di antara orang-orang sebelum kalian, ada yang digalikan sebuah lubang untuknya. Ia dimasukkan ke dalamnya, di datangkan sebuah gergaji lalu diletakkan di atas kepalanya dan ia pun dibelah menjadi dua. Ada juga yang disisir dengan sisir besi sampai mengelupas kulit dan dagingnya. Tetapi semua itu tidak menghalangi mereka dari dien mereka. Demi Alloh, Dia benar-benar akan menganugerahi urusan ini (risalah) sampai nanti akan ada seorang pengendara yang berjalan dari Shan’a ke Hadramaut tidak takut kecuali kepada Alloh. Dia tidak khawatir akan adanya seekor serigala yang dapat menerkam kambingnya. Namun kalian tergesa-gesa.’” (HR. Bukhari)

Sebagian Salaf berkata, “Kalaulah bukan karena musibah yang menimpa pastilah kita memasuki negeri akhirat sebagai orang-orang yang pailit.”

Sehubungan dengan firman Alloh ‘Azza wa Jalla,

“Dan diantara mereka Kami jadikan pemimpin-pemimpin yang menjadikan perintah Kami sebagai petunjuk. Yaitu ketika mereka sabar dan yakin kepada ayat-ayat Kami.” (QS. As Sajadah:24)

Sufyan bin ‘Uyainah menjelaskan, maksudnya ketika mereka mengusahakan perkara yang prinsipil, mereka dijadikan sebagai para pemimpin.

Ketika orang-orang hendak memotong kaki ‘Urwah bin Zubeir (karena suatu penyakit) mereka berkata, “Maukah kamu, sekiranya kami meminumkan sesuatu sehingga kamu tidak merasakan sakitnya?”. ‘Urwah menjawab, “Hanyasanya Alloh mengujiku untuk melihat kesabaranku. Haruskah aku menyelisihi keputusan-Nya?”.

Umar bin Abdul Aziz rahimahullah berkata, “Tidaklah Alloh Ta’ala menganugrahkan suatu nikmat kepada seorang hamba, lalu Dia mencabutnya dan sang hamba pun bersabar atasnya, kecuali Alloh akan menggantikannya dengan yang lebih baik.”

Suatu ketika Abu Bakar radhiallahu ‘anhu sakit. Orang-orang yang membesuknya berkata,”Bagaimana jika kami panggilkan seorang tabib?” Ia menjawab, “Aku sudah diperiksa oleh Tabib”. Orang-orang bertanya, “Apa katanya?” “Sesungguhnya Aku Maha Berbuat atas apa yang Aku kehendaki, jawab-Nya” kata Abu Bakar. Tabib yang dimaksud Abu bakar adalah Alloh Ta’ala.

Sa’id bin Jubeir berkata, “Sabar adalah pengakuan seorang hamba kepada Alloh bahwa sesuatu yang menimpanya berasal dari-Nya, lalu ia ikhlas karenanya, dan mengharapkan pahala dari-Nya. Adalah seseorang yang ditahan tidak diberi makan dan dicambuk, namun tidak tampak padanya selain kesabaran.”

Kalimat “Pengakuan seorang hamba kepada Alloh bahwa sesuatu yang menimpanya berasal dari-Nya” seolah-olah tafsir dari ayat Inna lillahi. Artinya mengakui bahwa ia adalah milik Alloh sehingga Alloh berhak untuk mengaturnya sekehendaknya. Adapun kalimat “mengharapkan pahala dari-Nya” seolah-olah tafsir dari wa innaa ilayhi raaji’un. Artinya, “Kami akan dikembalikan kepada-Nya sehingga Dia memberikan pahala kepada kami atas kesabaran kami dan tidak menyia-nyiakan pahala musibah itu.”
___________________________________________
Di kutip dari kitab “Tazkiyatun Nafs, konsep penyucian jiwa menurut Ulama Salafusshalih”. Penulis: Ibnu Rajab Al Hambali, Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, Imam Al Ghazali. Penerbit: Pustaka Arafah.

Dalam Renungan

Ini Adalah kiriman Dari Evina Yulia Yaspi
Terima Kasih Kepada Sahabat Kami







Dalam Renungan

Aku berdiri
Aku rukuk
Aku sujud
Dan aku salam
Kucoba melangkah...
Dalam genggamanmu
Ya allah...

Menetes air mata
Dikala kupanjatkan do'a
Terasa tenang dan damai hati ini
Ya allah

Dalam renungan....
Kuserahkan jiwa dan raga ini
Bersujud
Bersimpuh ku dihadapanmu
Aku tahu,niscaya kau akan mendengar
Dan mengabulkan do'aku
Amin ya rabbal alamin...

Syukur

Ini Adalah Salah Satu Puisi Dari Sahabat Kami..

Syukur

Syukur dan terima kasih
Padamu allah yg esa
Atas sgala rahmat
Yg engkau berikan
Kami semua ciptaanmu

Bulan bintang dan matahari
Hutan rimba dan laut biru
Burung yg berkicau
Ikan yg menari
Kami semua ciptaanmu

Kepadamu allah kepadamu
Kepadamu umatmu bersyukur
Kepadamu allah kepadamu
Tanpa engkau
Kami tak berarti...

Terima Kasih Atas Inspirasi nya Evina Yulia Yaspi

Tuesday 29 March 2011

Biarlah Orang-Orang Bicara Tentang Kita

Assalammualaikum Sahabat Pembaca

Amal-amal kita, tidak hanya dicatat para malaikat. Karena cerita-cerita dan kesan yang kita tinggalkan di dunia setelah mati, serupa cermin nilai dari prilaku kita selama hidup. Alangkah indahnya, sebuah kematian yang bisa meninggalkan cerita-cerita baik pada keluarga. Alangkah bahagianya, sebuah kematian yang mengesankan jejak hidup yang menjadi pelajaran kebaikan bagi mereka yang masih menjalani hidup. Alangkah gembiranya, bila kematian kita menyisakan kesan dari amal-amal saleh yang bermanfaat untuk orang lain.

Di akhirat kelak, tak ada sesuatu yang paling disesali penghuni surga kecuali penyesalan mereka terhadap waktu yang hilang di dunia tanpa diisi amal saleh. Karena itu, ketika ada seorang saleh ditanya, "Kenapa engkau melelahkan jiwamu dalam beribadah?" Ia menjawab, "Aku ingin mengistirahatkan jiwaku." Istirahat yang dimaksud, adalah istirahat di dunia dengan jiwa yang tenang setelah beribadah. Juga istirahat di akhirat, dengan memasuki kehidupan yang begitu menentramkan dan menggembirakan.

Umur hidup itu, menurut Ibnul Jauzi rahimahullah, tak beda dengan tempat jual beli berbagai macam barang. Ada barang yang bagus dan juga yang jelek. Orang yang berakal, pasti akan membeli barang yang bermutu meski harganya mahal. Karena barang itu lebih awet dari barang jelek meski harganya murah. "Orang yang tahu kemuliaan alam semesta harus meraih sesuatu yang paling mulia yang ada di alam semesta ini. Dan sesuatu yang paling mahal nilainya di dunia ini adalah, mengenal Allah swt," kata lbnul Jauzi.

Seseorang yang mengenal Allah swt, berarti ia mengetahui ke- Maha Besaran-Nya. Berarti juga mengetahui kekerdilan dirinya, kelemahan dirinya, ketergantungan dirinya dengan Yang Maha Berkuasa. Pengenalan seperti ini yang bisa memunculkan kekuatan dan ketangguhan dalam mengarungi gelombang kehidupan. Tidak takut, tidak lemah, dan tidak tergantung kepada siapa pun, kecuali Allah dan selama berada di jalan Allah tidak senang, tidak gembira dan tidak bersukacita kecuali bersama Allah.

Lihatlah perkataan Masruq, seorang mufassir yang juga sahabat Said bin Jubair, yang pernah berujar, "Tak ada lagi yang lebih menyenangkan dari menempelkan wajahku di tanah (sujud). Aku tidak pemah bersedih karena sesuatu melebihi kesedihanku karena tidak bisa sujud kepada Allah." (SiyarA’lamin Nubala, IV/65).

Sujud adalah saat-saat seorang hamba yang paling dekat dengan Tuhannya. Sujud, juga tanda ketundukan dan kerendahan seorang hamba di hadapan Tuhannya. Sujud, juga merupakan kepasrahan, ketaatan, kerinduan dan kecintaan seorang hamba pada Tuhannya. Kondisi-kondisi seperti itulah yang sangat didambakan Masruq hingga tak ada lagi kesedihan baginya, kecuali ia tidak bisa melakukan sujud di hadapan Allah swt.

Itulah gambaran keyakinan yang tertanam kuat dalam jiwa orang-orang saleh, para pejuang da’wah Islam. Ketundukan, kedekatan dan keyakinannya pada Allah, menjadikan tekad mereka seperti baja dan keberanian yang tak kenal takut. Basahnya lidah mereka oleh dzikir, larutnya hati mereka dalam kecintaan pada Allah, tunduknya jiwa mereka pada keagungan Allah, memunculkan kepribadian yang kuat dan tangguh.

Setiap orang, pada mulanya, dinilai tinggi rendahnya berdasarkan intensitas dan kualitas serta konsistensi (istiqomah) dalam beribadah kepada Allah. Bukan dinilai dari kekayaan materi/harta yang dimilikinya ataupun oleh orang tua nya. Bukan pula dinilai dari paras, ketampanan dan keindahan fisiknya. Karena, semua itu hanya fatamorgana yang hanya sesaat bisa dinikmati. Pribadi yang kuat dan tangguh selalu muncul dari habitat kehidupan yang penuh tantangan, bukan dari keserbamudahan yang memanjakan dan melemahkan jiwa.

Lihatlah,
Bagaimana penuturan salah seorang anak dari Syaikh Ahmad Yasin rahimahullah, tokoh pejuang Palestina abad ini yang beberapa waktu lalu gugur oleh rudal Israel. "Ayah tidak mencintai dunia. Ia lebih mencintai rumah akhirat. Banyak orang yang menyarankan agar ayah mendiami rumah sebagaimana layaknya seorang pemimpin. Pemerintah otorita Palestina juga pernah menawarkan sebuah rumah yang besar di perkampungan Ghaza. Tapi ayah menolak tawaran itu. Ayahku lebih menginginkan akhirat sehingga ia tidak begitu memperhatikan perabotan duniawi. Luas rumahnya kecil, hanya tiga ruang. Tanpa keramik di lantai, dan ruang dapur yang sudah rusak. Bila musim dingin tiba, kondisi rumah sangat dingin. Sebaliknya bila musim panas datang, ruangan rumah terasa panas sekali. Ayah tidak pernah berpikir untuk memperbaiki rumahnya. Sekali lagi, ia benar-benar sibuk mempersiapkan rumahnya di akhirat." Itulah rahasia ketegaran Syaikh Ahmad Yasin.

Rumah akhirat. Pernahkah terlintas dalam hati kita tentang rumah itu? Pernahkah kita berencana dan bermimpi memiliki rumah yang indah, di akhirat, bukan di dunia? Bagaimana kita membayangkan kesan akhir yang kita tinggalkan pada keluarga, setelah kita berpisah dengan mereka di dunia? Kebanggaankah atau kebalikannya? Apakah mereka juga akan berkata, kita lebih mencintai dan menginginkan rumah akhirat?

Syaikh Ahmad Yasin memberi pelajaran besar bagi kita tentang keyakinannya pada keputusan Allah swt. Bahwa apa yang diputuskan oleh Allah tetap akan terjadi, apa pun usaha yang kita lakukan. Syaikh Ahmad Yasin juga memberi pendidikan langsung kepada siapa pun, tentang batas apa yang harus diberikan seseorang yang menginginkan mati di jalan Allah.

Sekitar lima menit sebelum rudal Israel ditembakkan ke arahnya, Syaikh yang duduk di kursi roda itu, seorang anaknya, Abdul Ghani sempat mengingatkannya untuk berhati-hati dengan mengatakan, "Ayah, ada pesawat pembunuh di atas." Apa jawaban Syaikh Ahmad Yasin ketika itu. "Ya, saya di sini sedang menanti pesawat pembunuh itu juga." Benar-benar tak ada keraguan dan ketakutan sedikit pun.

Kita di sini, sedang menanti detik demi detik kematian yang pasti menjemput. Menunggu saat kita menarik nafas terakhir, dan menghembuskannya lagi untuk yang terakhir. Saat udara dingin merayap dari ujung jemari kaki hingga bagian kepala. Saat mata terkatup dan tak bisa terbuka lagi. Ketika badan terbujur dan tak bisa bergerak. Ketika kita masuk dalam keranda, dan diangkat oleh anggota keluarga dan teman-teman kita.

Setelah itu,
Biarlah orang-orang berbicara tentang kita…

Mencari kesegaran hati

Assalammualikum Sahabat Ku

Agama ini kokoh dan kuat. Masukilah dengan lunak, dan jangan sampai timbul kejenuhan dalam beribadah kepada Rabbmu.” (Al-Baihaqi)

Maha Suci Allah yang mempergilirkan siang dan malam. Kehidupan pun menjadi dinamis, seimbang, dan berkesinambungan. Ada hamba-hamba Allah yang menghidupkan siang dan malamnya untuk senantiasa dekat dengan Yang Maha Rahman dan Rahim. Tapi, tidak sedikit yang akhirnya menjauh, dan terus menjauh. Seperti halnya tanaman, ruhani butuh siraman Sekuat apa pun sebatang pohon, tidak akan pernah bisa lepas dari ketergantungan dengan air.

Siraman air menjadi energi baru buat pohon. Dari energi itulah pohon mengokohkan pijakan akar, meninggikan batang, memperbanyak cabang, menumbuhkan daun baru, dan memproduksi buah. Seperti itu pula siraman ruhani buat hati manusia. Tanpa kesegaran ruhani, manusia cuma sebatang pohon kering yang berjalan. Tak ada keteduhan, apalagi buah yang bisa dimanfaatkan. Hati menjadi begitu kering.

Persis seperti ranting-ranting kering yang mudah terbakar. Allah swt. memberikan teguran khusus buat mereka yang beriman. Dalam surah Al-Hadid ayat 16, Yang Maha Rahman dan Rahim berfirman, “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka). Janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka. Lalu, hati mereka menjadi keras.

Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” Hati buat orang-orang yang beriman adalah ladang yang harus dirawat dan disiram dengan zikir. Dari zikirlah, ladang hati menjadi hijau segar dan tumbuh subur. Akan banyak buah yang bisa dihasilkan. Sebaliknya, jika hati jauh dari zikir; ia akan tumbuh liar. Jangankan buah, ladang hati seperti itu akan menjadi sarang ular, kelabang dan sebagainya. Hamba-hamba Allah yang beriman akan senantiasa menjaga kesegaran hatinya dengan lantunan zikrullah. Seperti itulah firman Allah swt. dalam surah Ar-Ra’d ayat 28. “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allahlah hati menjadi tenteram.“ Rasulullah saw. pernah memberi nasihat, “Perumpamaan orang yang berzikir kepada Rabbnya dan yang tidak, seumpama orang hidup dan orang mati.” (Bukhari dan Muslim) Siapapun kita, ada masa lengahnya Manusia bukan makhluk tanpa khilaf dan dosa. Selalu saja ada lupa. Ketika ruhani dan jasad berjalan tidak seimbang, di situlah berbagai kealpaan terjadi. Saat itulah, pengawasan terhadap nafsu menjadi lemah. Imam Ghazali mengumpamakan nafsu seperti anak kecil.

Apa saja ingin diraih dan dikuasai. Ia akan terus menuntut. Jika dituruti, nafsu tidak akan pernah berhenti. Pada titik tertentu, nafsu bisa menjadi dominan. Bahkan sangat dominan. Nafsu pun akhirnya memegang kendali hidup seseorang. Nalar dan hatinya menjadi lumpuh. Saat itu, seorang manusia sedang menuhankan nafsunya. Allah swt. berfirman, “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya.” (Al-Jatsiyah: 23) Seburuk apapun seorang muslim, ada pintu kebaikannya Seperti halnya manusia lain, seorang muslim pun punya nafsu. Bedanya, nafsu orang yang beriman lebih terkendali dan terawat. Namun, kelengahan bisa memberikan peluang buat nafsu untuk bisa tampil dominan. Dan seorang hamba Allah pun melakukan dosa. Dosa buat seorang mukmin seperti kotoran busuk. Dan shalat serta istighfar adalah di antara pencuci.

Kian banyak upaya pencucian, kotoran pun bisa lenyap: warna dan baunya. Allah swt. berfirman dalam surah Ali Imran ayat 133 hingga135. “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa….Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah. Lalu, memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.“ Khilaf buat hamba Allah seperti mata air yang tersumbat. Dan zikrullah adalah pengangkat sumbat.

Ketika zikrullah terlantun dan tersiram dalam hati, air jernih pun mengalir, menyegarkan wadah hati yang pernah kering. Sekecil Apapun kebaikan dan keburukan, ada ganjarannya Satu hal yang bisa menyegarkan kesadaran ruhani adalah pemahaman bahwa apa pun yang dilakukan manusia akan punya balasan. Di dunia dan akhirat. Dan di akhirat ada balasan yang jauh lebih dahsyat. Firman Allah swt., “Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (Al-Zilzaal: 7-8) Pemahaman inilah yang senantiasa membimbing hamba Allah untuk senantiasa beramal. Keimanannya terpancar melalui perbuatan nyata.

Lantunan zikirnya hidup dalam segala keadaan. “(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (Ali Imran: 191)
 

Terima Kasih Untuk Kak Abie Fillah

Saturday 26 March 2011

Dua sayap Taubat

Edisi Pertama 1 
Assalammualaikum warahmatullahiwabaraktu 
Dua Sayap Taubat

Jabir bin Abdullah Al-Anshari meriwayatkan kisah hidup seorang pemuda Anshar bernama Tsa'labah Bin Abdul Rahman.Sejak masuk islam ia selalu setia melayani Rasulullah S.A.W dengan cekatan

Suatu ketika Rasulullah S.A.W mengutusnya untuk suatu keperluan.Saat sedang menjalankan tugas tersebut kebetukan ia melewati sebuah rumah milik salah seorang sahabat Anshar.Tiba-tiba secara tak sengaja ia melihat wanita penghuni rumah itu sedang mandi.Serta merta ia ketakutan.Ia sangat khawatir wahyu akan turun kepada nabi saw berkaitan dengan perbuatannya.Maka ia pun segera berlari menjauhi pusat kota.Ketika sampai di pengunungan yg ada di antara kota mekkah dan madinah,ia pun mendakinya

tentu saja Nabi S.A.W merasa kehilangan dan hal itu berlangsung selama empat puluh hari.Hingga akhirnya Allah mengutus jibril untuk menyampaikan wahyu:"wahai Muhammad,sesungguhnya tuhanmu memberikan salam dan berfirman kepadamu yg isinya:"bahwa seorang laki-laki dari umatmu berada di antara pengunungan ini dan telah memohon perlindungan kepada-Ku."

mendengar wahyu tersebut beliau kemudian bersabda:"wahai Umar dan Salman,berangkatlah kalian sekarang dan ajak lah kembali Tsa'labah Bin Abdul Rahman kemari."

keduanya pun segera berangkat menyusuri jalan perbukitan yg ada di Madinah,hingga bertemu dengan pengembala bernama Dzufafah.Umar lalu bertanya,"Apakah engkau tahu seorang pemuda bernama Tsa'labah yg tingglah di antara kawasan pengunungan ini?"

"mungkin yang engkau maksudkan itu adalah seorang yangg lari dari neraka jahannam?"jawab Dzufafah., "dari mana engkau tahu bahwa dia lari dari neraka jahannam?'tanya Umar lagi."sebab,setiap malam dia keluar kepada kami dari kawasan antara pengunungan itu sambil meletakkan tangannya di atas kepala sambil berkata,"wahai Allah,mengapa tidak engkau cabut saja nyawaku dan engkau binasakan tubuhku,dan tidak membiarkanku untuk mendapat keputusan?"jawab Dzufafa."itulah orang yang sedang kami cari,"jawab umar sigap.

Kemudian,berangkatlah mereka menemui Tsa'labah.ternyata benar,ketika hari menjelang malam,Tsa'labah keluar.Di sekitar lereng pengunungan,mereka segera menemuinya.Umar kemudian menghampiri dan mendekapnya seraya membujuk untuk kembali kepada Rasulullah SAW."wahai Umar,adakah Rasulullah mengetahui dosaku?"kata Tsa'labah."aku tidak tahu,hanya saja kemarin beliau menyebut-nyebut namamu dan kemudian memerintahkanku agar aku dan Salman mencarimu,"jawab Umar."aku mohon engkau tidak membawaku kepada beliau,kecuali bila beliau sedang shalat,"pinta Tsa'labah.

Setelah sampai ke tempat tujuan,Tsa'labah langsung ikut shalat berjamaah bersama Rasulullah S.A.W.Ketika itu Rasulullah S.A.W membaca sejumlah ayat al-Quran.Mendengar bacaan beliau,tiba-tiba ia jatuh pingsan

setelah salam Rasulullah S.A.W “bersabda;”wahai Umar dan Salman,bagaimana dengan Tsa'labah? "Itu dia,ya Rasulullah S.A.W ,”jawab mereka sambil menunjuk ke arah sosok tubuh yang sedang terbaring. Rasulullah S.A.W segera berdiri dan menghampirinya.Beliau menggerak-gerakkannya hingga ia pun siuman kembali. "apa yg menyebabkan engkau pergi dariku?"tanya beliau dengan lembu."dosaku,wahai rasulullah,"jawab tsa'labah."bukankah pernah kutunjukkan kepadamu tentang ayat yg dapat menghapuskan dosa dan kesalahan?Bacalah rabbanaa aatina fid dunyaa hasanah wafil aakhirati hasanah wa qinaa adzaaban naar (ya tuhan kami,berilah kami kebaikan di dunia dan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka/Q.S.Al-Baqarah:201),"tuntun Rasulullah."benar wahai Rasulullah.Tapi dosaku terlalu besar,"jawabnya."akan tetapi kalam Allah itu jauh lebih besar lagi,"tegas beliau.

Setelah itu,beliau memerintahkannya pulang.Setiba dirumah ia jatuh sakit selama delapan hari.Mendengar hal itu,Salman pun segera menghadap Rasulullah S.A.W ."wahai Rasulullah,masihkah engkau memikirkan tsa'labah?Ia kini sedang sakit keras,"cerita Salman."mari kita bersama-sama menjenguknya,"ajak beliau

setiba di kediaman Tsa'labah,Rasulullah meletakkan kepala Tsa'labah di pangkuan beliau.Tapi,ia berusaha menggeser kepalanya kembali dari pangkuan beliau."mengapa engkau geser kepalamu dari pangkuanku?"tanya beliau."karena kepala ini penuh dengan dosa,"jawab Tsa'labah murung."apa yg engkau keluhkan?"tanya beliau lagi..'Seperti ada gerumutan semut-semut di antara tulang,daging dan kulitku,"jawab Tsa'labah menahan sakit."apa yg engkau inginkan?"tanya beliau lagi."Ampunan dari tuhanku,"jawab Tsa'labah dengan mantab.

Kemudian turunlah jibril menemui Nabi S.A.W."wahai muhammad,sesungguhnya tuhanku membacakan salam untukmu dan berfirman kepadamu: Andaikata hamba-Ku ini menghadap-Ku dengan membawa kesalahannya sepenuh bumi,aku akan menyambutnya dengan ampunan-Ku sepenuh bumi pula"

Rasulullah S.A.W kemudian memberitahukan wahyu itu kepadanya kepada tsa'labah.Seketika itu juga tsa'labah tepekik gembira dan tidak lama kemudian wafat.

Rasulullah S.A.W langsung memerintahkan para sahabatnya untuk segera memandikan dan mengafani jenazah Tsa'labah.Dan ketika selesai menyalatkannya,beliau berjalan sambil berjingkat-jingkat.

Setelah acara pemakaman,salah seorang sahabat bertanya kepada beliau,"mengapa engkau tadi kami lihat berjalan sambil berjingkat-jingkat?" "demi Dzat yang telah mengutusku dengan benar sebagai nabi,sesungguhnya aku tidak mampu meletakkan telapak kakiku di atas bumi,karena malaikat yang turut melayat Tsa'labah sangatlah banyak"jawab beliau.

Sayap pertama:takut terhadap dosa(sekecil apapun)

Subhananllah!Begitu takutnya terhadap satu dosa(sekali lagi satu dosa),sang sahabat menghukum dirinya sedemikian berat. Hukuman yg membuatnya sakit keras itu belum disudahinya sampai ia mendapat jaminan bahwa ia benar-benar telah diampuni.

Sayap kedua—“optimis akan ampunan Allah S.W.T”

kisah tsa'labah juga mengajarkan taubat tidak bisa terbang dengan hanya satu sayap:”rasa takut(khauf)”.Sebab ia justru akan menjerumuskan kita pada penyesalan berlebihan yg berujung pada keputusasaan.Itu sama saja menganggap Allah S.W.T 'jahat' karena seolah-olah Dia(Allah S.W.T) tidak mau memaafkan.Karena taubat harus terbang bersama sayap yg lain: “harapan(raja')

sebesar apapun dosa yg dilakukan seorang hamba tidak boleh sampai membuatnya lupa bahwa Allah Maha Pengampun dan Penyayang."katakanlah:hai hamba-hambaku yg melampau batas atas diri mereka sendiri,janganlah kalian berputus asa dari rahmat allah.Sesungguhnya allah mengampuni dosa-dosa semuanya.Sesungguhnya Dia-lah yang maha pengampun lagi maha penyanyang."(Q.S.39:53)

sesungguhnya kebenaran itu datangnya dari allah dan yang salah hanyalah suatu kebodohan hamba-Nya.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hostgator Discount Code